Cintaku Mainanmu
Cinta ?
, makanan apa pula itu ? , cinta ?, apa itu C.I.N.T. A ?. Cinta menurut aku itu
anugerah dari yang maha kuasa, yang berupa rasa sayang yang tumbuh dari hati.
Cinta itu putih, bersih, dan suci, cinta itu saling percaya, kalau kita
mencintai seseorang dan berusaha untuk mendapatkannya berarti bukan cinta, itu
nafsu saja. Cinta sejati ? , apa lagi itu ?. Cinta sejati adalah ketika dia
mencintai orang lain dan aku masih mampu tersenyum sambil berkata “Aku turut
bahagia untukmu”. Itu menurut aku yang masih berumur 13 tahun dan menurut aku
yang paling aku butuhkan hanyalah cinta dari kedua orang tuaku.
Ada
sedikit cerita, yuk simak di bawah ini, ini juga bukan aku yang mengalami hanya
sebagai pelajaran saja. READ PLEASE !!!
Pagi
itu aku pun pergi menuju sekolah baru aku. Wajar saja aku berpindah sekolah
karena aku baru berpindah dari desa lalu ke kota. Aku baru kelas 8. Aku
berpamitan dengan ayah dan mama dan meminta sedikit uang saku dari mereka, juga
mencium tangan mereka yang sedari dulu mereka gunakan untuk mengurusku.
Pepohonan
tidak menghiasi sekolahku, tidak seperti di desa yang selalu ada senyuman dari
satwa dan bunga-bunga pun menari dengan indahnya. Pertama masuk pintu gerbang
sekolah aku melihat seseorang dengan mata indah, alis tebal, kulit putih,
keren, ganteng, rambut hitam pekat, wiiiiih keren. Mataku terpukau melihatnya,
kakiku serasa kaku, dan hatiku yang berdebar kencang. Apa itu cinta ?. huuuuuh
tapi aku tidak begitu menghiraukan karena tujuanku hanya untuk belajar, supaya
sukses dan bisa membahagiakan mama dan ayah.
Kring
kring kring, bel sekolah terdengar tandanya masuk kelas dan aku akan segera
memperkenalkan siapa aku.
“hay, selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Aini anak
baru di sekolah ini, aku harap teman-teman mau berteman dan berkenalan dengan
saya, terima kasih perhatiannya.”
Sedikit perkenalan yang ku ucap,
dan tak menyangka ternyata cowo tadi sekelas denganku. Entah kenapa mataku
serasa tertuju padanya, aku pun tidak dapat mengalihkan penglihatanku, arghh
itu semua membuat aku tidak dapat berkonsentrasi mengikuti pelajaran.
“Hey, kamu suka ya sama Dio ?” Tanya teman sebangku ku
dengan tiba-tiba.
“Iiihh apaan sihh, lagi pula aku kan belum tau dia, Dio yah
namanya ? nama kamu siapa ?” jawabku dan bertanya kembali.
“Kali ajah cinta pandangan pertama, iya Dio, dia ketua kelas
di kelas kita. Nama aku Icha.” Jawab Icha.
“Iiihh masih kecil , aku kan harus berhasil raih cita-cita
aku dulu. Oooohhh , okay, yuk perhatikan pak guru yang sedang menerangkan.”
Kataku sembari melihat pak guru dan memikirkan kata Icha tadi sambil memainkan
sebuah bulpoin yang aku punya.
Sekolah
pun usai, mentari juga makin menunjukkan sinarnya yang begitu silau itu,
demikian juga aku yang segera pulang menaiki sepeda ku. Tak tau kenapa aku
memikirkan Dio terus, seakan pikiranku focus kepada si Dio. Aneh, ahh tidur
ajah deh, nanti malam belajar dan besok harus kembali sekolah.
Bulan
yang bersinar di angkasa membuat orang yang melihat menjadi bahagia, dan
bintang yang berkilauan yang tak terhitung di angkasa membuat kagum bagi orang
yang melihatnya juga. Haha, dan bantal, guling, Teddy Bear yang merindukan
pelukanku menantiku di kamarku , aku pun menutup mataku di temani mereka semua.
Kukuruyuk
, suara ayam jago milik kakek terdengar dan membangunkan tidur lelapku. Aku pun
bersemangat untuk pergi sekolah. Setelah sampai di sekolah aku pun
mengungkapkan isi hatiku kepada si Icha, dan katanya dia mau membantu aku
mendapatkan si Dio. Tetapi aku masih bingung, aku kan masih kecil, masa’ iya sih
aku pacaran, kan aku harus meraih cita-citaku dulu, tapi aku juga suka sama
Dio. Gak apa-apa deh, coba dulu. Batinku.
Icha
pun menjalankan misinya untuk membantuku, dan dengan mudahnya Dio menerimaku.
Aku senang, hatiku seakan melayang karenanya. Tetapi setelah satu minggu kami
berpacaran, Dio berubah sikap sama aku, dia cuek banget, aku bingung, apa ada
yang salah dari aku. Aku mencoba bicara padanya.
“Hey Dio, kamu cuek banget sih kalau sama aku, kenapa ?”
tanyaku.
“Enggak kok.” Jawab Dio.
“Nah itu udah cuek.” Kataku sambil sedikit jengkel.
“Ya udah.” Kata Dio dan langsung pergi.
Aku
mencoba memecahkan masalah ini, waktu terus berjalan tanpa henti, dan sudah
satu minggu aku menyelidiki si Dio. Siang itu di tengah teriknya sinar matahari
yang membuat aku menuju ke kantin untuk menghilangkan rasa haus yang kurasa.
Aku tidak sengaja melihat Dio bersama Hafis, Hafis adalah sahabat DIo.
Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu, aku mulai mendekati mereka dengan bersembunyi. Aku kaget ternyata
Dio menyukai Dina, Dina adalah anak cantik tapi gak begitu pintar. Huuuuuh
ternyata Dio hanya mempermainkan aku, dan aku langsung meminta putus dengan
Dio.
Aku sadar bahwa seharusnya anak seumuran aku
itu focus belajar dan berusaha untuk meraih masa depan yang cerah, yang sudah
menanti aku. Aku tidak lagi berpacaran sebelum aku lulus sekolah. Dan aku
menyimpulkan pengalaman pertama aku berpacaran itu seperti mainan. Dan ada dua
kata yang sengaja aku keluarkan kepada si Dio “CINTAKU MAINANMU”. Selesai.
0 comments:
Post a Comment